Monday, May 30, 2011

Dekat dengan Kematian



“Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan.”
(Q.S As-Syu’ara’, 26:205-207)


Pernah merenung tentang seberapa lama lagi usia kita di dunia? Bukan karena sedang frustasi, atau karena menerima vonis penyakit mematikan.

Aku pernah, yah.. akhir-akhir ini tepatnya. Karena satu kejadian, yang orang lain mungkin menganggapnya sebagai musibah tapi aku melihatnya sebagai satu lagi pembelajaran dari Allah Swt.

Dua minggu lalu aku mengalami kecelakaan kecil saat rafting di Sukabumi. Perahu karet kami lepas kendali dan menabrak batu tebing di pinggir sungai. Aku yang kebetulan  sok berani menantang adrenalin dengan duduk di depan perahu, jadi korban satu-satunya yang terhantam batu. Alhamdulillah helm masih terpasang kencang, dan Allah Swt yang Maha Melindungi masih mengizinkan aku untuk hidup.

Iya, hidup.

Rasanya seperti mendapatkan satu nyawa tambahan.

Karena hantaman di kepala sangat keras, bisa kurasakan kecemasan orang-orang di sekitar, termasuk aku sendiri yang saat batu tersebut menghantam kepalaku rasanya pasrah jika harus terbangun di atas kasur rumah sakit. Ajaib… Ada dorongan yang memintaku untuk langsung membuka mata dan akhirnya aku sadar, aku masih bernyawa. Allah masih memberiku kesempatan melanjutkan hidup.

Kejadian hari itu membuatku merenung tentang hal yang ternyata sangat dekat, yaitu kematian.

Mengingat kembali kejadian saat kepalaku terbentur, tentang kalimat terakhir apakah yang kusebut, Asma Allah, atau hanya pekik teriakan rasa takut?

Jika hidupku berakhir saat itu, apakah aku telah siap menghadap Allah, dan wajah seperti apakah yang kuhadapkan saat bertemu dengan-Nya.

Dan lebih dalam lagi kupikirkan, apa saja amalan baik yang kulakukan hari itu, hari kemarin, dan hari-hari sebelumnya. Atau justru aku baru berbuat dosa dan menyakiti hati orang-orang yang kutemui, atau.. yang terburuk adalah aku baru saja menyakiti hati kedua orang tua.

Sudah sempurnakah shalat-ku? Berapa banyak hutang puasa Ramadhan yang belum kubayar? Dan berapa banyak dosa yang belum sempat kumohonkan ampun dalam doa taubat.

Ya Rabb… Sungguh aku merasa sangat tidak siap, sangat teramat tidak siap. Bekalku sangat tidak cukup, sangat tidak layak menghadap-Mu.

Ternyata kematian itu dekat, sangat dekat, bahkan adalah yang terdekat. Tidak tahu kapan datang, dan tidak akan menunggu manusia untuk siap.

Kesempatan hidup ini mungkin tidak bisa kudapatkan lagi di waktu berikutnya. Allah telah memberiku pelajaran yang sangat berharga, sebuah teguran untuk lebih banyak mempersiapkan diri menjelang kematian.

Singkatnya, pagi ini tanpa sengaja kuperoleh hikmah dari salah satu ayat, sebuah nasihat langsung dari Sang Maha Pemberi Kehidupan:

"..... Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal." 
(Q.S Luqman, 31:34)

Jadi, masih layakkah kita merasakan diri jauh dari kematian?