Thursday, June 30, 2011

Happiness Concept



Kira-kira tiga minggu lalu, Ust. Bachtiar Nasir menjelaskan tentang tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 5, setelah pada beberapa minggu sebelumnya Beliau membahas 4 ayat sebelumnya. Ayat yang kelima ini adalah sebuah berita gembira dari Allah, tentang orang-orang yang beruntung.

Beruntung, atau dalam bahasan lebih mendalamnya adalah tentang konsep kebahagiaan. Bahagia adalah yang dituju oleh manusia, orang berjuang untuk hidup dan melakukan segala cara untuk menjadi orang yang berbahagia. Ada yang menempuh jalan lurus, ada yang tidak kuat dalam menghadapi ujian dan menyerah. Setiap orang mungkin memiliki konsep masing-masing untuk meraih kebahagiaan, dan berbeda pula pencapaiannya.

Di kelas itu aku memperoleh satu ilmu baru yang belum pernah kudapatkan di tempat lain. Tentang konsep kebahagiaan yang berdasarkan pada dalil-dalil Al-Qur’an, konsep yang disusun langsung oleh Sang Pemberi Kehidupan. Allah Yang Maha Benar, dulu aku sibuk mencari dan merumuskan sendiri konsep kebahagiaan dengan merenungkan pengalaman hidup, tapi ternyata telah tertulis dengan indahnya dalam Al-Qur’an.

Dalam ceramahnya Ust. Bachtiar Nasir mengutip kalimat dari Ibnu Qayyim. Kurang lebihnya yang kuingat seperti ini:

Mengapa Surga Firdaus adalah surga yang paling indah? Dan mengapa Neraka Jahanam adalah neraka yang paling buruk? Karena Surga Firdaus adalah surga yang paling dekat dengan Arsy-Nya Allah, dan neraka jahanam adalah neraka yang terjauh.

Jika ada tempat di dunia yang dipilih Allah sebagai Arsy-Nya, maka tempat itu bukanlah di tanah suci Mekkah, melainkan ada dalam hati manusia. Hati suci yang selalu mengingat Asma-Nya Allah dan ayat-ayat Allah”.

Hati suci yang selalu bersama dengan Allah, selalu mengingat Allah. Ini adalah inti dari kebahagiaan. Penggambarannya seperti ini:

Orang bahagia, adalah orang yang merasa cukup untuk berharap hanya pada Allah, dan menggantungkan harapan hanya pada Allah. Carilah orang yang paling kamu cintai, tapi dia tidak akan mampu memberikan kamu segalanya. Tapi Allah Swt bisa, karena bagi Allah tidak ada hal yang mustahil.

Orang yang paling kuat, adalah orang yang merasa cukup dengan hanya bersandar pada Allah, bertawakal pada Allah.

Orang yang paling kaya, adalah orang yang merasa cukup dengan Allah saja.

Orang hebat, adalah orang yang berbahagia hanya dengan berharap pada Allah, kuat hanya dengan bertawakal pada Allah, kaya hanya dengan merasa cukup dengan pemberian Allah, terhormat karena bertakwa pada Allah.

Bahagia hanya dengan Allah.

Orang yang paling bahagia di dunia adalah orang yang tidak pernah menginginkan banyak, tapi dia bahagia dengan yang Allah berikan. Saat manusia ridho dengan segala keputusan Allah, maka Allah pun akan ridho dengannya.

Dan semua konsep kebahagiaan terangkum dalam ayat berikut:

“Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”
(Q.S Al-Baqarah, 2:1-5)


Nilai kebahagiaan akan bisa dicapai saat hati manusia sepenuhnya berserah pada Allah Swt dalam iman, taat menjalankan perintah-Nya. 

Hati yang beriman, hati yang selalu mengingat Allah, hati orang-orang yang senantiasa mendapat petunjuk Allah. Diberikan apa yang diinginkan, dan dijauhkan dari segala hal yang tidak baik dalam pengetahuan Allah.

Jika sudah demikian, jadilah dia masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, bahagia menurut konsep Al-Qur’an, konsep langsung dari Sang Maha Pemberi Kebahagiaan.

Insya Allah.

Wallahua’lam bissawab.

Sunday, June 19, 2011

Curing The Pain



Sakit hati, perasaan yang relatif sulit diatasi. Pada salah satu fase hidup, Allah Swt memberi manusia perasaan ini sebagai ujian. Beberapa orang yang aku lihat menjalani penyembuhan yang memakan waktu lama, bahkan tahunan.

Kusaksikan sendiri pada orang-orang yang kukenal. Ada yang semakin kurus dan menenggelamkan diri dalam kesedihan, ada yang secara drastis berubah menjadi orang yang berbeda dari sebelumnya, dan sayangnya perubahan itu cenderung menuju kehancuran. Ada yang memutuskan untuk kembali mendekat pada Allah, hanya saja masih belum mampu mengatasi keinginan untuk terus berputar di dunia yang sama, terus ingin dekat dengan orang yang menyakiti. Dan yang terburuk, ada juga yang menjadi marah kepada Allah lalu meninggalkan ibadah yang biasa dilakukan. Dalam kemarahan, dia memandang Allah tidak adil.

Aku menulis ini bukan karena tidak tahu rasanya sakit hati. Pernah, aku juga pernah. Kalau mau tahu bagaimana penggambarannya, kira-kira dua tahun lalu aku pernah menangis sampai terduduk lemas di lantai. Selebihnya cukup hanya Allah yang tahu.

Dalam fase itu, aku masih sadar bahwa hidup ini singkat dan hanya sekali, tidak boleh habis waktu untuk hal-hal yang merusak. Dan aku juga tidak mau orang-orang terus menatapku dengan pandangan kasihan, karena itulah aku harus berjuang untuk bangkit.

Dalam healing process hanya satu hal yang sulit untuk kulakukan, yaitu kemauan untuk memaafkan. Sayangnya satu hal inilah yang ternyata menjadi faktor utama hambatan untuk sembuh.

Aku masih belum ikhlas untuk memaafkan, karena itu aku sulit untuk melepas. Tidak mau orang yang menzalimi hidup bahagia dengan bebas. Di sisi lain aku masih takut Allah marah karena dalam hatiku juga terus tertanam kebencian, dalam doa aku berharap agar orang itu mendapatkan hukuman yang berat.

Dan aku terus bertanya ke orang-orang, tentang:
“Bolehkah kita tidak memaafkan orang yang menyakiti karena perbuatannya sudah keterlaluan? Apakah Allah akan marah karena manusia tidak mau ikhlas memaafkan?”

Siapapun yang kutanya saat itu tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, termasuk seorang murobiah yang juga tidak yakin dengan pendapatnya sendiri, dan jadilah aku terus bertahan untuk tidak memaafkan. Namun kenyataannya healing process itu tidak pernah berjalan dengan sempurna, biarpun orang melihatku banyak tersenyum.

Hingga pada pada suatu waktu Allah Swt memberi jawaban melalui Al-Qur’an:

“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.

Tetapi orang-orang yang membela diri setelah dizalimi, tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka.
Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksaan yang pedih.

Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia”.

(Q.S As-Syura, 42:39-43)

Semua pertanyaan terjawab sudah. Allah Swt tidak menyalahkan orang yang dizalimi karena tidak mau memaafkan, dan bahwa suatu saat akan ada siksaan yang pedih untuk orang-orang yang zalim. Karena Allah Swt Maha Adil, Maha Mengetahui. Tetapi bila mau bersabar dan memaafkan, maka itu adalah perbuatan yang mulia bagi Allah.

Pilihannya ada pada diri manusia sendiri, mau terus bersusah payah untuk bangkit dalam kebencian sedangkan ketetapan Allah sudah ada untuk orang-orang yang zalim (berupa siksaan yang pedih), atau mau belajar memaafkan dan menjadi mulia di hadapan Allah.

Aku memilih untuk menjalani yang kedua.

Terlahir kembali

Alhamdulillah.. 

Jika ada yang melihat aku tersenyum hari ini, insya Allah senyuman itu benar-benar berasal dari hati.

Setelah mendapat jawaban dari Allah dan memutuskan untuk memaafkan, seketika itu juga rasa sakit itu  lenyap. Saat itu juga hati terbebas dari penyakit kebencian yang terus membuatnya koyak.

Seperti terlahir kembali. Allah menggiringku untuk menjadi pribadi baru, yang lebih kuat dan sabar. Allah membuatku melihat bahwa melalui permasalahan itu Dia justru sedang menyelamatkan, Dia sedang memanggil. 

Setelah itu aku berturut-turut menerima "kabar bahagia" dari orang yang pernah menyakiti, dan sangat bersyukur semua itu tidak lagi berpengaruh. Yang terasa hanya kelegaan, lega karena justru bisa tersenyum lepas karena sadar hatiku telah sembuh. Mungkin ini adalah hadiah dari Allah. Dan di balik ini semua, Dia pasti punya rencana yang jauh lebih baik dari yang telah direncanakan manusia.

Wallahua’lam bissawab


Untuk yang sedang mengalami sakit hati, semoga bisa membantu menyembuhkan.

Sunday, June 12, 2011

And The Angels Pray...



(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhan-Nya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata),

“Ya Tuhan kami rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan periharalah mereka dari azab neraka.

Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘And yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri dan keturunan mereka. Sungguh Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana,

dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh, Engkau telah menganugerahkan rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung.”

(Q.S Al-Mu’min, 40:7-9)

Ya Rabb, para malaikat-Mu mendoakan orang-orang yang bertaubat.

Semoga kami termasuk ke dalam golongan hamba-Mu yang Kau terima taubatnya, dan menjadi bagian dari doa para malaikat untuk orang-orang yang beriman. Aamiin.