Saturday, December 3, 2011

La Tahzan, Innaallaaha Ma’anaa



“…, Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita,…”

(Q.S At-Taubah, 9:40)


Ahad sore, 13 November 2011.

Kelompok liqo putri kami dibuka dengan kalimat “La tahzan, Innallaaha Ma’ana”. Sebuah tema singkat yang menjadi bahan diskusi yang begitu menggugah kami sore itu.

Tema tersebut diuraikan dalam penjelasan tentang “Ma’yatullah”, atau kebersamaan Allah.

Ma’yatullah terbagi atas dua, yaitu Ma’yatullan umum dan Ma’yatullah khusus.

Ma’yatullah umum yang pertama adalah bahwa kebersamaan Allah berwujud pengawasan yang selalu melekat pada setiap makhluk, kapan dan dimana pun.

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhmahfuz)”.
(Q.S Al-An’aam, 6:59)

Kedua, Allah memberikan kebaikan-Nya kepada seluruh makhluk. Allah Ar-Rahman, Sang Maha Pemurah. Kebersamaan Allah terwujud pada kenikmatan umum yang bisa dirasakan sehari-hari. Setiap hembusan udara yang kita hirup, cerah cahaya mentari yang menerangi bumi, air segar dan jernih penuntas dahaga, segala sesuatu yang menunjang kehidupan setiap makhluk. Baik kepada yang beriman maupun yang tidak beriman.

Lalu, dimanakah letak keadilan Allah pada hamba-Nya yang beriman?

Disinilah, Allah membersamai kita melalui Ma’yatullah khusus:

Yang pertama adalah berupa dukungan dari Allah, bahwa dalam suasana sesempit apa pun pasti akan ada jalan keluar. Contohnya dalam kisah Nabi Musa As yang dikejar oleh Firaun dan para pengikutnya hingga terdesak mendekati laut. Saat itulah pertolongan Allah datang.

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.
(Q.S Al-Baqarah, 2:50)

Begitu pula pertolongan Allah yang datang kepada Nabi Ibrahim As. Ketika Beliau menghancurkan patung-patung berhala yang disembah kaumnya dan menyisakan hanya satu patung besar yang kemudian dikatakan sebagai pelakunya. Kaumnya menjadi gusar dan beramai-ramai bermaksud untuk membakarnya, namun Nabi Ibrahim As sekalipun tidak gentar hingga masuklah Beliau ke dalam kobaran api. Dan (lagi), pertolongan Allah datang secara ajaib.

Kami (Allah) berfirman: ‘Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim’. Dan mereka hendak berbuat jahat kepada Ibrahim, maka Kami menjadikan  mereka itu orang-orang yang paling rugi. Dan Kami selamatkanlah dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah kami berkahi untuk seluruh alam.”
(Q.S Al-Anbiya, 21:69-71)

Dan yang terakhir, Ma’yatullah khusus yang kedua adalah Nasruminallah, kemenangan dari Allah.

Pernah mendengar tentang kisah Perang Badr? Perang pertama yang pecah antara kaum Mukmin dengan kaum kafir Quraisy Mekah pada tahun 623 M dengan jumlah pasukan yang jauh dari seimbang. Kaum mukmin yang berjumlah hanya sekitar 300-an pasukan berperang melawan para kafir Quraisy yang berjumlah antara 900-1000 pasukan.

Pertolongan Allah kembali datang. Ketika pasukan kaum mukmin diperintahkan untuk bergerak maju sebenarnya mereka tidak maju sendirian.

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut".
(Q. S Al-Anfaal, 8:9)
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.”
(Q. S Al-Anfaal, 8:12)

Martin Lings dalam bukunya yang berjudul “Muhammad”, menuturkan bahwa pada Perang Badr, banyak yang melihat sekilas para malaikat mengendarai kuda, dengan kaki yang tak pernah menyentuh tanah, dipimpin oleh Jibril yang memakai serban kuning, sementara malaikat-malaikat yang lain memakai serban putih yang ujungnya melambai-lambai ke belakang. Salah seorang mukmin sedang mengejar musuh, dan tiba-tiba kepala orang yang dikejarnya itu jatuh ke tanah sebelum ia berhasil menjangkaunya, ditebas tangan gaib. Tentara Quraisy pun segera tercerai berai dan tak sanggup lagi melanjutkan pertempuran, kecuali hanya segelintir yang masih tertinggal karena tidak dilewati oleh pasukan malaikat.

Ketika peperangan telah usai dengan dimenangkan oleh kaum mukmin, Abu Sufyan menceritakan kepada Abu Lahab:

“Kami berhadapan dengan musuh dan berbalik, tetapi mereka terus menyerang kami dan mengambil tawanan semau mereka. Aku tidak bisa menyalahkan orang-orang kami, karena kami tidak hanya menghadapi mereka, tetapi juga suatu pasukan berbaju putih dengan kuda belang di antara bumi dan langit. Pasukan itu tidak menyisakan sedikit pun, hingga tak ada lagi yang bisa bertahan untuk melawan mereka.”

Kemenangan diraih, karena kaum mukmin berperang dengan bantuan Allah.

Itu hanyalah sedikit kisah pertolongan Allah pada para Rasul. Bukan berarti kita hanya manusia biasa maka pertolongan Allah menjadi sulit.

Tercatat pada Q.S Qaaf (50:16):

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”

***

Jangan bersedih…

Karena Allah Swt selalu ada

Luangkan waktu sejenak untuk Dia yang telah menganugerahkan waktu untukmu

Saat hidup terasa sulit, menangis dan mengadulah pada-Nya, karena hanya Dia yang akan selalu mendengarkan tanpa jemu

Jangan bersedih, karena pertolongan Allah itu dekat pada setiap hamba-Nya yang beriman

Sholehkan diri dan mendekatlah pada-Nya

Dan jangan bersedih,

Ingatlah selalu bahwa sesungguhnya Allah Swt bersama kita.