Saturday, February 11, 2012

Perhiasan Teristimewa



Dont Tell Us How to Dress, Tell Them Dont2 Rape”
(Jangan ajari kami cara berbusana, ajari mereka jangan memperkosa)


Kalimat itu terpampang jelas pada salah satu poster yang diusung para pendemo wanita di Bundaran HI. Kala itu, mereka memprotes komentar salah seorang pejabat tentang keterkaitan antara meningkatnya kasus perkosaan dengan para wanita yang suka memakai rok mini.

Lebih gamblangnya, mereka juga menyuarakan “Bukan Otak Kami yang Salah, Tapi Otak Kalian yang Mini”, “Kendalikan Nafsumu, Bukan Kendalikan Rokmu”.

Tapi yang terpikir dalam otak saya justru:
“Bagaimanakah para lelaki harus sibuk mengendalikan hawa nafsu mereka di kala para wanita justru menyodorkan tampilan yang memancing hawa nafsu itu sendiri?“

Ibaratnya bila melihat kucing di rumah yang sedang kenyang sekalipun, lalu di depannya ada sarden kesukaannya yang dia sudah terbiasa tahu bahwa rasanya enak, bagaimana cara dia mengendalikan naluri alamiahnya? Setidaknya dia bisa hanya memandang sambil terus berimajinasi.

Wanita dipuji karena penampilan, dipuji karena pesona, dipuji karena setiap gerak gerik yang dia lakukan adalah pusat perhatian bagi yang memandang. Wanita adalah target utama dari industri yang memanjakan hasrat kecantikan. Rambut yang terawat dengan indah, kulit yang mulus dan cantik, ditambah lagi dengan memakai berbagai model pakaian masa kini yang semakin banyak menonjolkan kecantikan wanita, meskipun pakaian itu terbilang minim.

Wanita bisa mengendalikan penampilan, bisa memilih sendiri pakaian jenis apa yang ingin dikenakan agar bisa merasa nyaman dan terlihat menarik. Tapi tetap, tidak bisa mengendalikan pikiran orang lain.

Dan kenyataannya kini memang terjadi fenomena menakutkan di masyarakat. Perkosaan di angkutan umum, pembuhuhan karena perkosaan, dan ada berapa banyak pernikahan yang terjadi akibat “kecelakaan” sebelum menikah. Ironisnya lagi, ada berapa banyak bayi di dunia yang harus terlahir lalu dibuang dan terabaikan dikarenakan banyak laki-laki yang tidak mampu menahan gejolak syahwat saat bersama pacarnya.


Kalau sudah begini, jadi letak kesalahannya ada dimana?

***

Wanita itu seperti perhiasan. Orang bisa tahu dan ikut menikmati keindahannya walau hanya dengan memandangnya saja.

Allah Swt menciptakan wanita dengan keindahannya, dan Dia Maha Tahu bahwa keindahan tersebut harus dilindungi dan hanya dinikmati oleh orang yang berhak.

“Katakanlah kepada perempuan yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS.An-Nuur, 24:31)

“Hai Nabi katakanlah kepada Istri-istrimu, anak-anakmu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang  demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah  Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab, 33:59)

Bukan seorang pejabat yang mengajari wanita untuk tidak lagi memakai rok mini atau busana dengan potongan minim lainnya agar dirinya tidak lagi diganggu. Tapi Allah Swt, Sang Pencipta dan Pemilik segala makhluk, Dia yang telah mengajari kita, para wanita, tentang bagaimanakah harus berpakaian.

Para wanita muslim mungkin sudah tahu isi ayat tersebut, tapi memilih untuk mengabaikan dengan berbagai dalih. Lagipula selagi bisa terlihat mempesona dengan tampilan lekuk tubuh, kulit dan rambut indah yang sudah dirawat dengan susah payah dan biaya mahal, mengapa harus dilepas dan merelakan diri untuk tampil dengan pakaian tertutup?

Ketika mata, hati, telinga telah tertutup dengan keegoisan diri, maka kalimat perintah dari Allah pun dikesampingkan.

Mutiara yang Sholehah

“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang sholehah”
(HR. Muslim)

Rabu, 8 Februari 2012.

Ust. Amir Faisol memberikan analogi tentang iman manusia. Dia mengatakan manusia kini lebih beriman pada sesama manusia.

Contohnya, saat sedang sakit manusia akan menuruti semua perkataan dokter tentang obat yang harus diminum, pantangan makanan apa saja yang harus dilakukan, sampai pada anjuran untuk mengamputasi kaki pun dia akan turuti selama anjuran itu diberikan oleh dokter, orang yang dia percaya sebagai ahlinya. Berapapun biaya yang harus dikeluarkan hingga hartanya terkuras, dia akan tetap menurut. Karena yang memberikan perintah dan anjuran adalah seorang dokter.

Lalu bagaimanakah dengan Allah?

Kepada Dia yang telah memberikan air, udara, bumi sebagai tempat hidup dan berpijak, menjadikan siang yang terang untuk manusia beraktivitas, mendatangkan malam agar kita bisa beristirahat dengan nyaman. Kepada Dia Yang Maha Pengasih, yang telah memberikan itu semua tanpa pajak. Kepada Dia, justru memilih untuk bertindak durhaka dengan mengabaikan ajaran-Nya.

Dan karena itu, perlu untuk dipertanyakan lagi alasan dibalik pengakuan diri sebagai penganut Islam:
1)      Karena agama warisan turun-temurun dalam keluarga;
2)      Karena perintah;
3)  Karena yakin dengan pesan Allah dalam Al-Qur’an dan yang telah disampaikan-Nya melalui Rasulullah Saw.

Jika mengaku beragama tertentu karena hanya mengikuti kebiasaan turun temurun dalam keluarga, maka dia adalah pengadut tradisi. Dan apabila hanya karena perintah manusia lain, maka imannya ada kepada si pemberi perintah.

Penganut Islam adalah orang-orang yang meyakini Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Esa dan mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya.

Pun dia telah merasa dirinya berislam karena syahadatnya,

Bagaimana merasa diri sebagai hamba Allah, tapi tidak mengimani Isi Kitab Suci Al-Qur’an? Kitab yang isinya datang langsung dari Allah Swt, dan insya Allah terpelihara dengan sempurna sampai akhir zaman.

Bagaimana merasa diri telah mengimani dan meyakini Kitab Suci Al-Qur’an, tapi menjalankan isi ajaran yang terkandung di dalamnya dengan setengah hati?

Bukalah mata, hati, telinga.

Laksanakan perintah Allah yang disampaikan melalui Al-Qur’an dan juga telah disampaikan melalui perantara Rasul-Nya, sebagai bukti pengabdian tulusmu sebagai hamba yang beriman.

Rasulullah Saw, pribadi terkasih yang dirinya adalah cerminan dari Al-Qur’an menyampaikan dalam salah satu hadits:

“Dari Abu Hurairah RA, katanya Rasulullah Saw bersabda: Ada dua macam penduduk neraka yang keduanya belum kelihatan olehku. 1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang, 2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus pandang, terlalu ketat atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka, dan wanita-wanita yang mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta, wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga, padahal bau surga dapat tercium dari jarak yang sangat jauh.” (HR. Muslim)

Na’udzubillahimindzalik…

Saudariku,

Tutuplah auratmu, karena Allah yang telah memintamu demikian.

Ingatlah, cara kita berpakaian adalah cara untuk menunjukkan pada orang lain tentang bagaimana kita ingin dihormati dan bagaimana ingin diperlakukan.

Jadilah seperti mutiara.

Perhiasan yang walaupun tertutup dalam cangkang, orang tetap bisa menilai seberapa mahal kecantikan yang ada di dalamnya.

Kenakan hijab, maka perilakumu akan menyesuaikan dengan hijab yang dikenakan. Paling tidak dengan berhijab menunjukkan bahwa kita memiliki banyak rasa malu, malu untuk memperlihatkan aurat, malu untuk melakukan perbuatan tercela yang menodai keimanan.

Mari kita belajar mempercantik diri dengan cerminan yang sholehah, seperti layaknya perhiasan teristimewa.

No comments:

Post a Comment