Wednesday, March 16, 2011

Just Want to Believe in a Happy Ending


Hari ini aku mengantuk sekali di kantor. Tiga hari belakangan tidur terlalu larut, semalam baru beranjak ke kasur hampir jam 1 pagi. Penyebabnya konyol: menonton drama Korea.

Korea... Korea... Korea... semua teman-teman kayanya sudah hapal dengan celotehanku tentang Korea yang selalu kuucap dengan raut muka riang dan pandangan mata berbinar. Yup, it’s part of my dream.. Go travelling to South Korea. Dan kalau ada yang tanya alasannya, sederhana sekali: cuma karena hobby nonton film Korea.

Gak terhitung jumlah film dan drama Korea yang sudah aku tonton sampai tuntas, mulai dari yang mellow sampai yang ceritanya membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. Kadang ceritanya gak masuk akal, tapi tetap bisa membuat penonton terbawa emosi. Yah.. mungkin ini semacam pelarian dari buruknya kualitas sinetron produksi tanah air, yang biasanya menyuguhkan tontonan beratus episode dengan tokoh yang suka melotot, bersungut-sungut, berkacak pinggang, penuh deraian air mata, dan ceritanya... nyaris tidak pernah bahagia (atau begitu bahagia biasanya langsung sedih lagi karena terkena bencana). Itulah kenapa aku beralih ke drama Korea, jalan ceritanya selalu mengikuti keinginan penonton dan membawa pikiran melalang buana ke alam mimpi: “I wish it was me…”  Dan rasanya aku ikut ke dalam suasana jatuh cinta.

Bukan berarti semua film Korea itu “perfect”, minggu lalu aku kecewa berat dengan satu film baru. Alur ceritanya menarik, pemainnya berkualitas, benar-benar para penyanyi dan dancers professional. Aku ikuti sebanyak 14 episode yang menyenangkan sampai pada 2 episode terakhir ending ceritanya benar-benar dimanuver. Mendadak si tokoh utama menjatuhkan pilihan pada lelaki yang sepertinya gak ada chemistry-nya, dan ada satu tokoh wanita yang paling aku suka, dia sudah mati-matian berdiet dan menjadi cantik tapi di akhir cerita menjadi gemuk lagi. Rasanya marah sekali, masih keingetan terus sampai 2 hari. Ini karena scriptwriter-nya yang jelek, atau, lebih tepatnya karena sejak awal aku sudah berekspektasi tinggi.

Tapi itulah seninya menonton film/ drama Korea, semua yang penonton mau dituangkan di dalam cerita. Tokoh yang tampan/ cantik (biarpun dalam cerita dia dibilang jelek), typical tokoh pria yang cool dan perhatian, tokoh wanita yang biasanya lucu dan ceroboh tapi selalu bisa mendapatkan tokoh lelaki yang cenderung mendekati sempurna, berbagai kejutan romantis, dan yang paling menyenangkan adalah.. seberapa pun berat masalah yang mereka hadapi, akan selalu ada happy ending.

Mencari happy ending, itu intinya. Selama beberapa jam kemarin aku habiskan untuk mencari sinopsis episode terakhir drama seri Korea yang sedang aku tonton. Antusias sekali mencari tahu apakah ending-nya akan sesuai dengan keinginan atau tidak. Awalnya cuma mau tahu ending-nya, tapi lama kelamaan bablas ke 6 episode terakhir. Karena aku gak mau kecewa seperti pada ending cerita di film sebelumnya, makanya aku berusaha mencari tahu.

Maksudku disini bukan mau berpanjang lebar membahas tentang film Korea, tapi film-film itu yang mengantarkan pada kesimpulan tentang keinginan manusia pada akhir yang bahagia. Ini dia kenapa aku tidak pernah bosan menonton film yang bersambung hingga 16 episode, kalau hari libur mungkin bisa sampai begadang. Karena dalam setiap episode selalu terselip sesuatu yang membahagiakan, para pembuat film disana sepertinya tidak suka membuat penonton bersedih terlalu lama. Kalau harus sedih pasti ada alasan yang “benar”, bukan seperti sinetron Indonesia yang cenderung mempertontonkan kesedihan berlarut-larut dan tokoh wanita yang cenderung rapuh. Dan akhir cerita biasanya ditutup dengan happy ending yang penonton rasakan "sempurna".

Begitu juga hidup, semua manusia pasti punya happy ending-nya masing-masing. Allah adalah Sang Sutradara. Setiap cerita Dia rancang dengan sempurna, hanya manusia harus sabar menjalani setiap episode yang berliku-liku sebagai proses menuju pendewasaan demi menerima akhir yang bahagia. Happy ending itu akan ada kalau setiap masalah bisa dilewati dan terselesaikan bukan? Atau kalau memilih menyerah.. persis seperti di film, ending-nya akan menggantung dan membuat tidak puas.

Hidup itu seru, hidup itu berwarna-warni. Aku sedang menjalani ceritaku sendiri, dan setiap scene kehidupan harus bisa aku lewati dengan sikap optimis. Karena layaknya sedang berada dalam dunia film, aku juga mau melewati semuanya dengan bahagia. Percayalah.. pada setiap takdir manusia yang beriman pada kuasa Tuhannya, insya Allah akan selalu ada happy ending di ujung cerita.

Dan dalam hati terus kuteriakkan: I do believe in a happy ending!

No comments:

Post a Comment